Menggali Hikmah melalui pembelajaran materi Kerajaan Hindu - Buddha dalam pelajaran Sejarah Indonesia
Saya baru saja mempelajari
Kerajaan Hindu – Buddha di pelajaran Sejarah Indonesia. Materi ini terus berulang dari semenjak saya
kelas 5 SD, Kelas 7 MTs, dan untuk
terakhir kalinya terulang lagi pelajaran ini di kelas 10 MAN(ini opsional.
Jikalau saya mengambil Jurusan Sejarah
di perguruan tinggi nanti.). Saat SD, saya sangat tertarik dengan bahasan ini,
karena dalam tubuh saya mengalir darah Jawa. Di mana Jawa sendiri merupakan
tempat berdiri dari 90% kerajaan yang dibahas dalam materi ini. Mulai saat itu
saya tahu asal muasal berbagai kerajaan yang ada di Jawa khususnya, yang
memiliki peninggalan yang sedari bayi saya kunjungi.
Pas MTs, pelajarannya diulang
lagi. Tapi guru sejarah saya, tidak menjelaskan detail tentang hal ini, beliau
hanya memberi inti – intinya saja yang selalu akan dibahas sampai nanti SNMPTN
Soshum. Pas saat ini, saya berada di
jenjang pendidikan MAN, materi ini kembali diulangi. Saya diberi tugas untuk
menjabarkan mengenai kerajaan Mataram kuno, jadi mohon dibukakan pintu maaf
yang sebesar – besarnya jika dalam bahasan kali ini saya cenderung lebih banyak
membahas Mataram Kuno daripada kerajaan yang lain. Nah, di sini saya akan
mencoba menguraikan hikmah – hikmah apa sajakah yang dapat kita peroleh saat
mempelajari materi kerajaan Hindu – Buddha.
Pertama, Jika ditelisik lebih lanjut, peristiwa yang terjadi di
kerajaan – kerajaan Hindu – Buddha ini rata – rata mirip. Entah itu perang
saudara, bisa saja pemberontakan, penyingkiran untuk mendapatkan kekuasan, dan
sejenisnya. Peristiwa itu sering sekali terjadi, pada masa itu. Bahkan, pada
hakikatnya hal – hal seperti itu tetap terjadi hingga saat ini, namun dilakukan
dengan teknik dan cara yang lebih modern karena berkembangnya teknologi dan
pengetahuan manusia.
Kedua,mempelajari materi ini mengajarkan pada kita, bahwa
hakikatnya Indonesia kaya dan layak untuk maju. Bahwa sesungguhnya bangsa kita
bukanlah bangsa dengan catatan sejarah yang sedikit, bangsa kita memiliki
ratusan bahkan ribuan peninggalan – peninggalan masa lalu yang menandakan
bahwasanya bangsa kita pernah Berjaya. Mempelajari materi ini pun mengingatkan
kita bahwasanya bangsa kita pernah menjadi penguasa tunggal Asia Tenggara, hal
ini dibuktikan oleh keberadaan Sriwijaya yang mampu menguasai Sumatera dan
semenanjung melayu dan Majapahit yang mampu menguasai Asia Tenggara dalam
genggamannya.
Ketiga, menjadi bukti bahwa intrik – intrik politik yang ada dewasa
ini telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Kecurigaan – kecurigaan yang timbul
antar politisi dewasa ini membuktikan bahwa manusia pada hakikatnya selalu
ingin berada dalam lingkaran kekuasaan selama masa hidupnya. Sebagai contoh,
apa bedanya pelengseran Presiden ketiga Republik Indonesia, B.J. Habibie oleh
Sidang Istimewa MPR tahun 1999 dengan apa yang dilakukan oleh Ken Arok kepada
Tunggul Ametung? Memang ‘treat’ yang
digunakan berbeda, tapi hakikatnya tujuan mereka sama. Sama – sama mengincar
kekuasaan dengan cara yang picis mencari kelemahan musuh yang akan mereka
jatuhkan.
Keempat, memberi tambahan pengetahuan kepada kita kalau sistem
negara Vassal sebenarnya telah ada
sejak ribuan tahun yang lalu. Di masa peradaban Hindu – Buddha berkembang di
Indonesia hal ini pun sebenarnya ada. Sebagai contohnya adalah, Kerajaan
Mataram Kuno pada masa Dinasti Syailendra secara tidak langsung merupakan Vassal dari kerajaan Sriwijaya. Sebab,
agama dan garis keturunan yang dianut oleh raja – raja penguasanya telah
berbeda dari leluhurnya. Argumen ini didukung banyak sejarahwan dengan alasan
banyak dari prasasti – prasasti yang ada secara tersirat mengemukakan hal ini.
Kelima, masalah romansa pun tak luput keberadaannya sejak ribuan
tahun yang lalu. Mulai dari cinta segitiga, perselingkuhan yang diakui (Selir),
pembunuhan untuk mendapatkan kekuasaan sekaligus cinta dari pasangan orang yang
kita bunuh, hingga pernikahan beda agama yang membuktikan perkataan berikut: Cinta itu menyatukan perbedaan dan karena
cintalah manusia mendharma dengan tulus. Namun, kita tidak bisa memungkiri
bahwa cinta yang timbul dalam masa ini tidak akan pernah lepas dari intrik
politik. Sebagai contoh, kisah cinta Pramodawardhani dan Rakai Pikatan. Kita
tidak dapat men-judge bahwa cinta itu
hanya bermuatan politis belaka, sebab cinta mereka dibuktikan dengan pembuatan
candi – candi yang mewakili kepercayaan mereka sebagai tanda bahwa mereka telah
bersatu dengan keagungan cinta. Namun, di sisi lain kita tidak dapat memungkiri
bahwa cinta itu bermuatan politis sebab dengan menikahi Pramodawardhani maka
Rakai Pikatan dapat menjadi Raja Mataram Kuno.
Keenam, peristiwa perang saudara/pemberontakan memberi maksud
kepada kita bahwa sejak ribuan tahun yang lalu telah terjadi perebutan
kekuasaan antar keluarga demi kejayaannya masing – masing. Mereka cenderung
mengatasnamakan rakyat untuk kepentingan mereka. Hal ini tak jauh beda dengan
kelakuan banyak politisi kita saat ini. Menurut saya, hal ini menunjukkan
bahwasanya Orientasi dan pandangan manusia sama saja sejak dahulu kala yang
membedakannya adalah cara yang digunakan manusia untuk mencapai cita – citanya
Itulah hikmah yang saya peroleh
dalam mempelajari materi ini. Semoga dengan mempelajari materi – materi
selanjutnya dalam pelajaran Sejarah Indonesia kita dapat memperoleh hikmah yang
mendalam tentang pentingnya mempelajari sejarah bagi kehidupan kita saat ini
dan di masa yang akan datang.
Saya suka bahasa anda
BalasHapus